Sabtu, 27 September 2025 – Hasil uji laboratorium kasus keracunan yang membayangi program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menguak kontaminasi oleh bakteri seperti Salmonella dan Bacillus cereus. Menurut mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra, setidaknya ada lima faktor pemicu utama keracunan makanan massal. Artikel ini mengulas hasil lab, jenis makanan rentan, dan cara realistis agar rakyat — khususnya sekolah dan orang tua — dapat menghindari bahaya tersebut.
Hasil lab: apa yang sudah terbukti
-
Dalam kasus OKI, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) menyebut bahwa sampel menu MBG (tahu krispi & soto ayam) dan air menyimpan E. coli sebagai kontaminan utama.
-
Di Sukabumi, Dinas Kesehatan melaporkan bahwa hasil lab menunjukkan kontaminasi jamur + bakteri: semangka terdeteksi jamur Coccidioides immitis, tempe orek dengan Enterobacter cloacae, telur dadar dengan Macrococcus caseolyticus, dan telur mentah mengandung Bacillus cereus.
-
Kasus Sleman & Lebong: uji lab mengonfirmasi keberadaan E. coli, Clostridium sp., dan Staphylococcus dalam sampel makanan dan muntahan korban.
-
Laporan media menyebut: “Hasil lab Keracunan MBG: ada Salmonella dan Bacillus cereus,” berdasarkan pernyataan pakar yang dikutip oleh Tempo.
Jadi, kontaminasi mikroba memang menjadi penyebab nyata dan terbukti dalam beberapa kasus — menunjukkan kegagalan keamanan pangan di rantai produksi hingga distribusi MBG.
Eks Direktur WHO: “5 Pemicu utama keracunan makanan”
Dalam liputan CNBC Indonesia, dikutip bahwa eks direktur WHO menyebut bahwa keracunan makanan bisa dipicu lima faktor utama — yang sangat mungkin juga berlaku pada kasus MBG:
-
Kontaminasi mikroba (bakteri, jamur, virus)
-
Pengolahan & pemasakan tidak sempurna atau tidak higienis
-
Penyimpanan makanan dalam kondisi tidak sesuai (suhu ruang, terlalu lama)
-
Distribusi & transportasi yang tidak aman / terlambat
-
Penanganan oleh manusia tanpa protokol kebersihan (penjamah, alat, tangan kotor, cross-contamination)
Faktor-faktor ini bersifat kumulatif — satu saja bisa memicu keracunan bila kondisi sudah mendukung (misalnya bakteri mulanya sedikit, tapi berkembang selama penyimpanan).
Jenis makanan yang paling rentan
Berdasarkan hasil lab dan laporan kasus, berikut adalah jenis menu yang sering terdeteksi sangat berisiko:
Jenis Menu | Contoh Menu MBG | Kontaminan Terbukti / Diduga |
---|---|---|
Lauk hewani / unggas | Ayam (potong, potongan daging), soto ayam | Dalam kasus Garut, BGN mencurigai ayam menjadi penyebab setelah dikirim terlambat. |
Makanan tinggi protein / telur | Telur dadar, telur mentah | Telur dadar di Sukabumi terdeteksi Macrococcus caseolyticus dan Bacillus cereus pada telur mentah |
Fermentasi kedelai / produk olahan tumbuhan | Tempe orek, tahu krispi | Tempe orek di Sukabumi terdeteksi Enterobacter cloacae; tahu krispi di OKI mengandung E. coli |
Sayuran / buah mentah | Semangka, lalapan | Semangka di Sukabumi mengandung jamur Coccidioides immitis |
Kuah / sup / sambal | Soto ayam, sup, kuah sayur | Di OKI, soto ayam adalah salah satu menu yang terdeteksi E. coli |
Faktor utama di balik risiko tinggi adalah kelembaban, kandungan air, dan sifat protein tinggi — yang menjadi tempat tumbuh mikroba jika tidak dikelola dengan tepat.

Cara menghindari keracunan — tips praktis untuk sekolah, dapur, orang tua
Berikut langkah-langkah proteksi yang dapat diambil oleh institusi (sekolah/SPPG) maupun masyarakat:
-
Gunakan bahan baku berkualitas & bersertifikat — jangan ambil risiko dengan bahan murah dengan asal tak jelas.
-
Pastikan kepatuhan pada SLHS (Sertifikat Laik Higiene Sanitasi) untuk setiap dapur mitra.
-
Pemasakan sempurna & kontrol suhu — jangan biarkan makanan “setengah matang”, dan gunakan penutup panas jika perlu.
-
Penyimpanan cepat & pendinginan segera — makanan yang sudah matang butuh disimpan di bawah suhu <4 °C jika tidak disajikan langsung; hindari menyimpan di suhu ruang terlalu lama.
-
Transportasi cepat & aman — pengiriman makanan dari dapur ke sekolah harus menjaga rantai dingin bila perlu; jangan tunda pengiriman terlalu lama.
-
Higienitas penjamah & alat — cuci tangan dengan sabun, gunakan sarung tangan, pisahkan alat potong untuk daging dan sayur, hindari kontaminasi silang.
-
Pemeriksaan secara berkala / audit mikroba — dapur harus menjalani pengujian microbial rutin untuk mendeteksi kontaminasi awal.
-
Transparansi & edukasi kepada orang tua / siswa — biarkan mereka tahu bahan & asal makanan; lakukan inspeksi visual dan aroma sebelum dikonsumsi.
-
Jangan terlalu lama antara masak dan konsumsi — idealnya makanan disajikan secepat mungkin setelah matang, terutama untuk lauk protein tinggi.