Amoth: Ritual Adat Nyeser Raih Penghargaan di KIIFF 2025, Angkat Kearifan Dayak Sanggau Kalimantan Barat

Sanggau, Halokalbar.com – Film pendek berjudul “Amoth: Ritual Adat Nyeser” berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih penghargaan Honorable Mention: Original Story di ajang Kalimantan International Indigenous Film Festival (KIIFF) 2025.

Film yang merupakan garapan anak muda Kabupaten Sanggau ini merayakan kearifan lokal Dayak Taba sebagai penuntun hidup dan ekologis. 


Merekam Ritual Nyeser, Penjaga Keseimbangan Manusia dan Alam
Film “Amoth: Ritual Adat Nyeser” adalah karya dari Komunitas KiliKulu Films, sebuah komunitas film orang muda di Kabupaten Sanggau yang bertekad mengangkat narasi lokal dari kampung, hutan, dan sungai ke ruang tontonan yang lebih luas.

Dalam meraih penghargaan ini, KiliKulu Films berkolaborasi dengan Samudra Bekudongk dan Saka Sinema, yang bertindak sebagai publisher film. 

Foto :  Tim KiliKulu Films berkolaborasi dengan Samudra Bekudongk dan Saka Sinem


Penghargaan dewan juri ini secara khusus menyoroti kekuatan penuturan orisinal film tersebut. “Amoth: Ritual Adat Nyeser” merekam ritual Nyeser sebagai praktik hidup yang menjaga ingatan, keseimbangan, dan ikatan kekerabatan antara manusia dan alam. 


Berlatar di Sanggau, Kalimantan Barat, film ini merekam dari dalam komunitas saat para perajin, anak muda, dan tetua menyiapkan ritual sakral ini.

Ritual Nyeser sendiri adalah tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Dayak Taba untuk menjaga keseimbangan antara manusia, roh, dan alam di tengah hutan lebat.

Sosok Amoth, yang dipercaya sebagai roh penunggu, dihormati dengan persembahan agar tidak mengganggu panen. 

Muhammad Aqil Noviandri, sutradara film “Amoth,” menyampaikan bahwa penghargaan ini dipersembahkan untuk Masyarakat Dusun Syam Desa Temiang Taba, Ketua Adat, serta orang muda yang menjaga tradisi agar tetap hidup dalam keseharian mereka. 


“Penghargaan ini kami persembahkan masyarakat Kabupaten Sanggau bukan sebagai tontonan, melainkan sebagai peta merawat tanah, air, dan sesama,” ujar Aqil.

Ia berharap penonton dapat merasakan kehangatan ritual ini, di mana ingatan, tanggung jawab, dan komunitas berjalan seirama. 


Menurut Aqil, film ini dibuat untuk memperlihatkan bagaimana spiritualitas, ladang, dan bayangan ‘hantu’ Amoth berjalan di dalam pikiran masyarakat, bukan sekadar muncul dalam ritual.

Ritual Nyeser, baginya, adalah cerminan hubungan manusia dengan alam dan rasa takut yang membentuk cara mereka menjaga hutan dan panen.

Lewat gestur, doa, dan hening dalam film, ritual ini digambarkan sebagai panduan untuk hidup selaras dengan hutan. 


KIIFF 2025 sendiri berlangsung di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, pada 16-20 September 2025, dengan fokus pada tema “Preserving Indigenous Ecological Knowledge”.  (***)

Bagikan
Exit mobile version