Senin, 1 September 2025 — Indonesia tengah menghadapi titik krusial dalam perekonomian nasional menyusul gelombang demonstrasi, ketidakstabilan politik, dan sorotan internasional yang semakin tajam. Peristiwa politik yang bergejolak, termasuk aksi unjuk rasa besar-besaran pada akhir Agustus 2025, ditambah tekanan global dari pelemahan pasar saham internasional serta konflik geopolitik di berbagai belahan dunia, diyakini akan memengaruhi arah ekonomi Indonesia beberapa tahun mendatang.
Sejumlah pakar ekonomi dan politik, baik dari dalam negeri maupun internasional, menilai situasi saat ini sebagai “persimpangan jalan” yang dapat membawa Indonesia pada dua skenario berbeda: pemulihan menuju stabilitas jangka panjang atau terjerumus dalam ketidakpastian yang memperburuk kepercayaan investor dan kesejahteraan rakyat.
Sinyal Pasar dan Tantangan Global
Data bursa efek internasional menunjukkan adanya tekanan signifikan di pasar Asia akibat ketidakpastian politik Indonesia. Investor asing cenderung menahan modal masuk, sementara nilai tukar rupiah menunjukkan fluktuasi tajam.
Di sisi lain, harga komoditas utama seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit yang menjadi tulang punggung ekspor Indonesia ikut terpengaruh oleh ketidakpastian global, termasuk perlambatan ekonomi Tiongkok serta ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.
Dampak Politik Domestik
Menurut pengamat politik, aksi unjuk rasa yang meluas serta sorotan terhadap parlemen dan pemerintah dapat menurunkan kepercayaan publik dan investor terhadap stabilitas politik Indonesia. Beberapa anggota dewan yang dinonaktifkan namun tetap menerima gaji, serta kasus dugaan korupsi yang belum terselesaikan, semakin memperkeruh persepsi negatif.
Pakar politik menilai bahwa jika pemerintah gagal membangun dialog yang terbuka dan responsif terhadap tuntutan rakyat — termasuk desakan untuk segera mengesahkan UU Perampasan Aset Koruptor — risiko ketidakstabilan sosial akan semakin meningkat, yang pada akhirnya menggerus iklim investasi.

Dua Skenario Masa Depan Ekonomi Indonesia
-
Jika Pemerintah Bertindak Tepat
-
Mendorong pengesahan UU anti-korupsi yang tegas.
-
Melakukan reformasi birokrasi dan mengganti pejabat/menteri yang dinilai tidak kompeten.
-
Membuka ruang dialog dengan rakyat dan menjaga kebebasan pers.
-
Menjamin stabilitas hukum dan keamanan.
Dalam skenario ini, kepercayaan investor berpotensi pulih dalam 1–2 tahun. Pertumbuhan ekonomi bisa kembali stabil di kisaran 5–5,5% per tahun, bahkan berpeluang meningkat lebih tinggi seiring perbaikan iklim usaha dan masuknya modal asing.
-
-
Jika Pemerintah Salah Menangani Situasi
-
Melanjutkan pola represif terhadap demonstrasi dan media.
-
Membiarkan kasus korupsi tanpa tindak lanjut nyata.
-
Mengabaikan tuntutan rakyat terkait pemerataan ekonomi.
Maka Indonesia berisiko mengalami krisis kepercayaan. Investor bisa menarik modal secara masif, rupiah tertekan, dan inflasi melonjak. Dalam jangka menengah (3–5 tahun), pertumbuhan ekonomi bisa stagnan di bawah 4%, dengan meningkatnya pengangguran serta kesenjangan sosial.
-
Sorotan Internasional
Media asing menyoroti Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi demokrasi terbesar yang kini diuji oleh krisis politik dan sosial. Dukungan moral dari masyarakat internasional terhadap gerakan rakyat Indonesia menambah tekanan bagi pemerintah agar lebih transparan dalam kebijakan.
Namun, sejumlah investor global tetap melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial, terutama jika pemerintah mampu meredam ketegangan politik dan mempercepat agenda reformasi.
Masa depan ekonomi Indonesia tidak hanya ditentukan oleh kondisi eksternal seperti pasar global dan geopolitik internasional, tetapi sangat bergantung pada kebijakan domestik dan respons pemerintah terhadap suara rakyat.
Jika langkah yang diambil tepat, Indonesia berpeluang bangkit lebih kuat dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara. Sebaliknya, jika salah langkah, Indonesia berpotensi kehilangan momentum emas dalam dekade mendatang.