Raqqa, Suriah — August 2025 – Penurunan debit air Sungai Eufrat hingga titik kritis telah memicu kekhawatiran kemanusiaan serius dan menimbulkan fenomena sosial baru di Raqqa. Kondisi ini menimbulkan kemunculan gundukan tanah berkilau yang disebut-sebut mengandung “emas”, memicu incaran masyarakat lokal tanpa bukti ilmiah.
Sungai Eufrat, yang mengalir melintasi Turki, Suriah, dan Irak, selama ribuan tahun menjadi sumber kehidupan bagi jutaan manusia. Namun, laporan terbaru dari Al Jazeera dan Phys.org menyebutkan bahwa sungai ini kini mengalami salah satu kekeringan terparah dalam sejarah modern.
Beberapa faktor utama yang memperparah kondisi ini meliputi:
-
Perubahan iklim global yang menyebabkan curah hujan semakin tidak menentu.
-
Pembangunan bendungan besar di hulu sungai oleh Turki yang mengurangi aliran air ke Suriah.
-
Rusaknya infrastruktur irigasi di Suriah akibat perang berkepanjangan.
Akibatnya, banyak desa di sekitar Raqqa, terutama di wilayah Al-Bukhamid, kini menghadapi krisis air bersih, gagal panen, dan kehilangan sumber penghidupan.
Kilauan Misterius di Dasar Sungai
Namun, di balik tragedi ekologis ini, sebuah fenomena unik justru menarik perhatian warga: kilauan logam di dasar sungai yang surut.
Sejak pertengahan Juli, ratusan warga di sekitar Raqqa terlihat menggali dasar sungai, berharap menemukan emas. Laporan dari Shafaq News menyebutkan bahwa sebagian warga bahkan rela menjual perhiasan atau harta benda demi membeli alat pendeteksi logam dan perlengkapan menggali.

“Kami melihat kilauannya, seperti emas. Kami berharap ini dapat mengubah nasib kami,” ujar seorang warga Al-Bukhamid yang diwawancarai Shafaq News.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa kilauan tersebut kemungkinan besar bukan emas, melainkan pyrite—atau yang dikenal sebagai “emas bodoh” (fool’s gold)—sejenis mineral besi sulfida yang sering disalahartikan sebagai emas karena kilauannya.
Antara Sains dan Mitos
Menariknya, fenomena ini bukan hanya menarik perhatian dari sisi ekonomi, tetapi juga dari sudut pandang religius. Banyak masyarakat lokal mengaitkannya dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa:
“Kiamat tidak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat surut, memperlihatkan gunung emas yang membuat manusia saling berebut untuk mendapatkannya.”
Narasi ini dengan cepat menyebar melalui media sosial, memperkuat keyakinan sebagian warga bahwa kemunculan emas ini adalah tanda akhir zaman.
Namun, ulama dan ahli tafsir mengimbau masyarakat untuk tidak terjebak dalam penafsiran harfiah dan tetap mengedepankan penelitian ilmiah.
“Hadis tersebut adalah peringatan moral, bukan ajakan untuk berburu emas. Kita harus bijak dalam memaknainya,” ujar Sheikh Muhammad al-Raqqawi dalam wawancara dengan media lokal.
Realitas di Balik Emas
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi ilmiah resmi mengenai keberadaan emas di dasar Sungai Eufrat di Raqqa. Lembaga Geologi Suriah menyatakan bahwa investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi klaim masyarakat.
Bahkan jika benar ada emas di sana, proses legal untuk penambangan dan pengelolaannya sangat kompleks, mengingat wilayah tersebut masih rentan konflik dan minim pengawasan pemerintah.
Di tengah semua ini, Sungai Eufrat terus menyusut, menyisakan pertanyaan besar:
Apakah ini hanyalah krisis ekologi, ataukah cerminan dari peringatan sejarah yang sedang kita saksikan bersama?