Internasional, 16 Agustus 2025, Gelombang desakan moral dan akademik datang dari 23 ekonom terkemuka—termasuk 10 peraih Nobel Ekonomi—kepada PM Israel Benjamin Netanyahu. Dalam surat terbuka bertanggal 13 Agustus 2025, mereka memperingatkan bahwa kebijakan Israel di Gaza “memicu kelaparan meluas” dan berisiko menghancurkan prospek ekonomi serta marwah demokrasi Israel sendiri. Mereka mendesak penghentian rencana “kota kemanusiaan”, pembukaan penuh jalur bantuan, dan upaya sungguh-sungguh menuju gencatan senjata.
Inti Desakan: 4 Tuntutan Kunci
-
Pulihkan pasokan makanan & obat yang memadai ke Gaza;
-
Batalkan rencana pendirian kamp/“kota kemanusiaan” untuk memusatkan warga sipil;
-
Tegaskan kembali komitmen pada HAM & hukum internasional;
-
Kejar gencatan senjata yang memperbaiki situasi kemanusiaan, memulangkan sandera, dan mengakhiri pertempuran.
Daftar penandatangan mencakup nama-nama besar seperti Daron Acemoglu (Nobel 2024), Esther Duflo (2019), Claudia Goldin (2023), Peter Diamond (2010), Joseph Stiglitz (2001), Eric Maskin (2007), Roger Myerson (2007), Edmund Phelps (2006), Christopher Pissarides (2010), dan Angus Deaton (2015)—bersama ekonom papan atas lain seperti Olivier Blanchard, Philippe Aghion, David Autor, dan Helene Rey.
Surat itu menyebut peringatan WFP bahwa hampir sepertiga dari 2,1 juta penduduk Gaza mengalami beberapa hari tanpa makanan; harga kebutuhan pokok melonjak hingga 10 kali lipat dalam tiga bulan. Kebijakan penggantian distribusi PBB dengan segelintir lokasi bantuan terkoordinasi Israel memicu kekacauan dan korban di antrean bantuan. Para ekonom menilai kebijakan ini “tak manusiawi” dan “memperparah kelaparan”.
Risiko Balik ke Israel: Sanksi & Guncangan Ekonomi
Mereka memperingatkan potensi sanksi terarah dari Eropa, penurunan peringkat utang (yang memicu biaya pinjaman lebih mahal), hingga eksodus talenta—khususnya dari sektor high-tech yang menyumbang hampir 20% PDB dan sepertiga penerimaan pajak penghasilan Israel. Dampak-dampak ini dinilai menggerus mesin pertumbuhan utama negara.
Gaung di Media Internasional & Medsos
Isi dan nada surat terbuka ini dilaporkan luas oleh media Israel dan internasional—dari Haaretz hingga Ynet—serta disorot media Timur Tengah seperti Middle East Eye, Anadolu Agency, Hurriyet Daily News, dan Roya News. Di media sosial, unggahan media tersebut memicu diskusi hangat tentang kelaparan dan masa depan Gaza.

-
Dimensi kemanusiaan: Seruan ini mempertegas temuan lembaga internasional tentang krisis gizi di Gaza.
-
Dimensi kebijakan: Tekanan datang bukan dari aktivis semata, tetapi dari otoritas ilmiah ekonomi berlevel Nobel—menautkan moralitas perang dengan biaya ekonomi jangka panjang bagi Israel.
-
Dimensi regional & global: Respons Israel terhadap tuntutan ini akan berimbas pada arsitektur diplomasi dan bantuan kemanusiaan di kawasan. Liputan lintas media menunjukkan isu ini menjadi perhatian transnasional.
Konteks Singkat
Surat ini muncul saat wacana “pengambilalihan/penguasaan” Gaza dan rencana “kota kemanusiaan” ramai dikritik karena dinilai berpotensi mempermanen konflik dan pemindahan paksa. Para ekonom menekankan, jalan keluar rasional adalah membuka akses bantuan, menghormati hukum internasional, dan mengupayakan gencatan senjata yang berujung pada solusi politik, bukan memperketat pendudukan.
Catatan Sumber Utama:
-
Teks lengkap surat terbuka (PDF) yang memuat tanggal, daftar penandatangan, analisis risiko, dan 4 tuntutan.
-
Peliputan & ringkasan: Haaretz, Ynet, Middle East Eye, Anadolu Agency, Hurriyet Daily News, Roya News, serta distribusi di kanal sosial mereka.